TUGAS IBD 2 : Pedalaman Sastra Indonesia
PENDALAMAN SASTRA INDONESIA
TUGAS
ILMU BUDAYA DASAR
ILMU BUDAYA DASAR
“PANTUN”
Dosen :
Auliya R
UNIVERSITAS GUNADARMA
2015
Nama : Delis Anggraeni Permana
Kelas : 1 KA 01
NPM : 12114658
Jurusan : Sistem Informasi
Fakultas : Ilmu Komputer
Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar
Fakultas : Ilmu Komputer
Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ Pantun ”
Makalah ini berisikan tentang apa itu pantun, macam-macam pantun, dan lain-lain. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita untuk memperdalam sastra Indonesia. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, Saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ Pantun ”
Makalah ini berisikan tentang apa itu pantun, macam-macam pantun, dan lain-lain. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita untuk memperdalam sastra Indonesia. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, Saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Depok, 4 April 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pantun meupakan
sastra lisan yang dibukukan pertama kali oleh Haji Ibrahim Datuk Kaya Muda
Riau, seorang sastrawan yang hidup sezaman dengan Raja Ali Haji. Antologi pantun yang pertama itu berjudul Perhimpunan Pantun-pantun
melayu. Genre pantun merupakan genre yang paling bertahan
lama.
Mengungkapkan perasaan tidak hanya dapat diceritakan dan ditulis dalam
bentuk prosa. Ungkapan perasaan pun dapat dinyatakan dalam bentuk puisi,
seperti puisi lama yang disebut pantun. Selain pantun, masih ada
bentuk puisi lama lainnya, seperti pantun kilat (karmina), talibun,
seloka, gurindam, dan syair.
Pantun sudah dikenal masyarakat Indonesia sejak dahulu. Misalnya,
wawangsalan, paparikan, sisindiran, sesebred dalam masyarakat sunda; pantun
ludruk, dan gandrung dalam masyarakat jawa; serta ende-ende dalam masyarakat
Mandailing. Bahkan, di sebagian daerah Sumatra, masyarakat Minangkabau
menggunakan pantun sebagai pembuka acara di perayaan-perayaan. Selain dibaca,
pantun juga kerap dinyanyikan.
1.2 Permasalahan
1.
Apakah Pengertian pantun?
2.
Bagaimanakah sejarah pantun?
3.
Bagaimanakah ciri-ciri pantun?
4.
Bagaimanakah syarat-syarat pantun?
5.
Apa sajakah jenis-jenis pantun?
1.3 Tujuan
1.
Mengetahui Pengertian pantun.
2.
Mengetahui sejarah pantun.
3.
Mengetahui ciri-ciri pantun.
4.
Mengetahui syarat-syarat pantun.
5.
Mengetahui jenis-jenis pantun.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pantun
Dalam pengertian
umum, pantun merupakan salah satu bentuk sastra rakyat yang menyuarakan
nilai-nilai dan kritik budaya masyarakat. Pantun adalah puisi asli Indonesia (Waluyo,1987:9).
Pantun juga terdapat dalam beberapa sastra daerah di Indonesia seperti “parika” dalam
sastra jawa atau“paparikan” dalam sastra sunda. Orang yang pertama kali membentangkan pikiran dari hal pantun Indonesia ini
adalah H.C. Klinkert dalam tahun 1868. Karangannya bernama “De pantuns
of minnenzangen der Maleier”. Sesudah itu datang Prof. Pijnapple; juga
beliau memaparkan pikirannya dari hal ini dalam tahun 1883. Pantun tepat untuk
suasana tertentu, seperti halnya juga karya seni lainnya hanya tepat untuk
suasana tertentu pula.
Menurut Surana (2001:31), pantun ialah bentuk puisi lama yang terdiri atas 4
larik sebait berima silang (a b a b). Larik I dan II disebut
sampiran, yaitu bagian objektif. Biasanya berupa lukisan alam atau apa saja
yang dapat diambil sebagai kiasan. Larik III dan IV dinamakan isi, bagian
subjektif. Sama halnya dengan karmina, setiap larik terdiri atas 4 perkataan.
Jumlah suku kata setiap larik antara 8-12. Namun, dalam buku Bahan Ajar Sastra
Rakyat (2005:70) mengatakan bahwa:
Pantun adalah puisi melayu
tradisional yang paling popular dan sering dibincangkan. Pantun adalah ciptaan
asli orang Melayu; bukan saduran atau penyesuaian dari puisi-puisi jawa, India,
cina dan sebagainya. kata pantun mengandung arti sebagai, seperti, ibarat,
umpama, atau laksana.
Sedangkan dalam Kamus Istilah
Sastra (2006:173) menjelaskan bahwa:
Pantun adalah Puisi Indonesia
(Melayu), tiap bait (kuplet) biasa terdiri atas empat baris yang
bersajak (a-b-a-b) tiap larik biasanya berjumlah empat kata;
baris pertama dan baris kedua biasanya tumpuan (sampiran) saja dan baris
ketiga dan keempat merupakan isi; setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata;
merupakan peribahasa sindiran; jawab (pada tuduhan dan sebagainya)
Menurut penulis, pantun merupakan salah satu jenis puisi lama dalam
kesusastraan Melayu Nusantara yang paling popular. Pada umumnya setiap bait
terdiri atas empat baris (larik), tiap baris terdiri atas 8-12 suku kata,
berirama a-b-a-b dengan variasi a-a-a-a. Baris
pertama dan kedua adalah sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat adalah
isi.
2.2 Sejarah Pantun
Pada mulanya pantun merupakan senandung atau puisi rakyat yang dinyanyikan
(Fang, 1993: 195). Pantun pertama kali muncul dalam Sejarah Melayu dan
hikayat-hikayat popular yang sezaman dan disisipkan dalam syair-syair
seperti Syair Ken Tambuhan. Pantun dianggap sebagai bentuk karma dari kata Jawa Parik yang
berarti pari, artinya paribahasa atau peribahasa dalam bahasa
Melayu. Arti ini juga berdekatan dengan umpama atau seloka yang berasal dari
India. Dr. R. Brandstetter mengatakan bahwa kata pantun berasal dari akar katatun, yang
terdapat dalam berbagai bahasa Nusantara, misalnya dalam bahasa Pampanga,
tuntun yang berarti teratur, dalam bahasa Tagalog ada tonton yang
berarti bercakap menurut aturan tertentu; dalam bahasa Jawa kuno, tuntun yang
berarti benang atauatuntun yang berarti teratur dan matuntun yang
berarti memimpin; dalam bahasa Toba pula ada kata pantun yang berarti
kesopanan, kehormatan.
Van Ophuysen dalam Hamidy (1983: 69) menduga pantun itu berasal dari bahasa
daun-daun, setelah dia melihat ende-ende Mandailing dengan mempergunakan
daun-daun untuk menulis surat-menyurat dalam percintaan. Menurut kebiasaan
orang Melayu di Sibolga dijumpainya kebiasaan seorang suami memberikan ikan
belanak kepada istrinya, dengan harapan agar istrinya itu beranak. Sedangkan R.
J. Wilkinson dan R. O. Winsted dalam Hamidy (1983:69) menyatakan keberatan
mengenai asal mula pantun seperti dugaan Ophuysen itu. Dalam bukunya “Malay
Literature” pertama terbit tahun 1907, Wilkinson malah balik bertanya, ‘tidakkah
hal itu harus dianggap sebaliknya?’. Jadi bukan pantun yang berasal dari bahasa daun-daun, tetapi bahasa
daun-daunlah yang berasal dari pantun.
2. 3 Ciri-ciri Pantun
Abdul Rani (2006:23) mengatakan bahwa ciri-ciri pantun sebagai berikut:
1.
Terdiri atas 4 baris.
2.
Tiap baris terdiri atas 9 sampai 10 suku kata.
3.
Dua baris pertama disebut sampiran dan dua baris berikutnya berisi maksud
si pemantun. Bagian ini disebut isi pantun.
4.
Pantun mementingkan rima akhir dan rumus rima itu disebut dengan abjad /ab-ab/.
Maksudnya, bunyi akhir baris pertama sama dengan bunyi akhir baris ketiga dan
baris kedua sama dengan baris keempat.
Lain halnya menurut
Harun Mat Piah (1989: 123-124) dalam Bahan Ajar Sastra Rakyat (Elmustian, tanpa
tahun:70-71), membagikan ciri-ciri pantun menjadi dua aspek, yaitu aspek luaran
dan dalaman.Aspek luaran adalah dari segi struktur dan
ciri-ciri visual yaitu:
1.
Terdiri dari rangkap-rangkap yang berasingan.
Setiap rangkap terjadi dari baris-baris yang sejajar dan berpasangan seperti
2,4,6,8 dan seterusnya. Rangkap yang paling umum adalah empat baris.
2.
Setiap baris mengandung empat kata dasar, dengan
jumlah suku kata
antara 8
hingga 10.
3.
Adanya klimaks yaitu perpanjangan atau kelebihan
jumlah unit suku kata atau perkataan pada kuplet maksud.
4.
Setiap stanza terbagi kepada dua unit yaitu
pembayang dan maksud.
5.
Mempunyai skema rima ujung yang tetap: a-b – a-b,
dengan sedikit variasi a-a-a-a.
6.
Setiap stanza pantun adalah satu keseluruhan
mengandung sifat fikiran yang bulat dan lengkap.
Ciri-ciri dalamannya adalah:
1.
Penggunaan lambang-lambang tertentu mengikuti
tanggapan dan pandangan dunia masyarakat.
2.
Adanya perhubungan makna antara pasangan pembayang
dengan pasangan maksud, sama ada secara kongkrit atau abstrak atau melalui
lambang-lambang.
Sedangkan menurut Suroto (1989:
43), ciri-ciri pantun sebagai berikut:
1.
Pantun tersusun atas empat baris dalam tiap
baitnya.
2.
Baris pertama dan baris kedua berupa sampiran.
3.
Baris ketiga dan keempat merupakan isi/ maksud yang
hendak disampaikan.
4.
Jumlah suku kata dalam tiap baitnya rata-rata
berkisar delapan sampai dua belas.
2.4 Syarat-syarat pantun
Menurut Effendy (1983:28), syarat-syarat
dalam pantun adalah:
a. Tiap bait terdiri dari empat
baris
b. Tiap baris terdiri dari empat atau
lima kata atau terdiri dari delapan atau sepuluh suku kata
c. Sajaknya bersilih dua-dua:
a-b-a-b. dapat juga bersajak a-a-a-a.
d. Sajaknya dapat berupa sajak paruh
atau sajak penuh
e. Dua
baris pertama tanpa isi disebut sampiran, dua baris terakhir merupakan isi dari
pantun itu.
2.5 Jenis-jenis
Pantun
Suroto (1989:44-45) membagi
pantun menjadi dua bagian yaitu:
a.
menurut isinya:
· p Pantun anak-anak, biasanya berisi permainan.
· pantun muda mudi, biasanya berisi percintaan.
· Pantun orang tua, biasanya berisi nasihat atau petuah. Itulah sebabnya,
pantun ini disebut juga pantun nasihat.
· Pantun jenaka, biasanya berisi sindiran sebagai bahan kelakar.
· Pantun teka-teki
b.
menurut bentuknya atau susunannya:
· pantun berkait, yaitu pantun yang selalu berkaitan antara
bait satu dengan bait kedua, bait kedua dengan bait ketiga dan seterusnya.
Adapun susunan kaitannya adalah baris kedua bait pertama menjadi baris pertama
pada bait kedua, baris keempat bait pertama dijadikan baris ketiga pada bait
kedua dan seterusnya.
· Pantun kilat, sering disebut juga karmina, ialah pantun
yang terdiri atas dua baris, baris pertama merupakan sampiran sedang baris
kedua merupakan isi. Sebenarnya asal mula pantun ini juga terdiri atas empat
baris, tetapi karena barisnya pendek-pendek maka seolah-olah kedua baris
pertama diucapkan sebagai sebuah kalimat, demikian pula kedua baris yang
terakhir.
Sedangkan Nursisto, dalam bukunya ikhtisar Kesusastraan Indonesia
(2000:11-14) pantun dibagi menjadi:
a) Berdasarkan isinya,
pantun dibagi atas:
a. Pantun kanak-kanak
· Pantun bersukacita
· Pantun berdukacita
b. Pantun muda
· Pantun nasib atau pantun dagang
· Pantun perhubungan
- Pantun perkenalan
- Pantun
berkasih-kasihan
- Pantun
perceraian
- Pantn
beriba hati
· Pantun jenaka
· Pantun teka-teki
c. Pantun
tua
· Pantun adat
· Pantun agama
· Pantun nasihat
b) Berdasarkan banyaknya baris tiap bait dibagi menjadi:
· Pantun dua seuntai atau pantun kilat
· Pantun empat seuntai atau pantun empat serangkum
· Pantun enam seuntai atau delapan seuntai, atau pantun enam serangkum,
delapan serangkum (talibun).
Menurut Effendi (1983:29), pantun dapat dibagi menurut jenis dan isinya
yaitu:
1. pantun anak-anak, berdasarkan isinya
dapat dibedakan menjadi:
a. pantun bersukacita
b. pantun berdukacita
c. pantun jenaka atau pantun teka-teki
2. pantun orang muda, berdasarkan isinya
dapat dibedakan menjadi:
a. pantun
dagang
atau pantun nasib
b. pantun
perkenalan
c pantun
berkasih-kasihan
d. pantu perceraian
e. pantun
beribahati
3. pantun orang tua, berdasarkan isinya
data dibedakan menjadi:
a. pantun
nasihat
b. pantun
adapt
c. pantun
agama
Tetapi, Abdul Rani (2006:23-27) mengklasifikasikan pantun berdasarkan
isinya sebagai berikut:
1) Pantun
Anak-Anak
a) Pantun
anak-anak jenaka
b) Pantun
anak kedukaan
c) Pantun
anak teka-teki
2) Pantun
Muda-Mudi
a) Pantun
muda mudi kejenakaan
b) Pantun
muda-mudi dagang
c) Pantun
muda-mudi cinta kasih
d) Pantun
muda-mudi ejekan
3) Pantun
Tua
a) Pantun
tua kiasan
b) Pantun
tua nasihat
c) Pantun
tua adat
d) Pantun
tua agama
e) Pantun
tua dagang
Contoh pantun
1.
Pantun muda mudi
Contoh: Tanam melati di
rama-rama
Ubur-ubur sampingan dua
Sehidup semati kita bersama
Satu kubur kelak berdua
2. Pantun teka-teki
Contoh: Kalau
puan puan perana
Ambil gelas di dalam peti
Kalaup uan bijak laksana
Binatang apa tanduk di kaki
3. Pantun jenaka
Contoh : Anak rusa di rumpun salak
Patah
tanduknya ditimpa genta
Riuh kerbau tergelak-gelak
Melihat beruk berkacamata
4.
Pantun berdukacita
Contoh: Ke
balai membawa labu
Labu amanat dari situnggal
Orang memakai baju baru
Hamba
menjerumat baju bertambal
5.
Pantun perkenalan
Contoh: Sekuntum bunga dalam padi
Ambil batang cabut uratnya
Tuan
sepantun langit setinggi
Bolehkah
berlindung di bawahnya?
6.
Pantun perceraian
Contoh
: Pucuk pauh selara pauh
Pandan di rimba diladungkan
Adik jauh kakanda jauh
Kalau rindu sama menungkan
7.
Pantun nasib atau pantun dagang
Contoh :
Unggas undan si raja burung
Terbang ke desa suka menanti
Wahai badan apalah untung
Senantiaa bersusah hati
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pantun adalah Puisi Indonesia,
tiap bait (kuplet) biasa terdiri atas empat baris yang bersajak (a-b-a-b) tiap
larik biasanya berjumlah empat kata; baris pertama dan baris kedua biasanya
tumpuan (sampiran) saja dan baris ketiga dan keempat merupakan isi;
setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata; merupakan peribahasa sindiran; jawab
(pada tuduhan dan sebagainya)
Ciri-ciri pantun
dapat dinyatakan yaitu pantun tersusun atas empat baris dalam tiap
baitnya.Baris pertama dan baris kedua berupa sampiran.Baris ketiga dan keempat
merupakan isi/ maksud yang hendak disampaikan.Jumlah suku kata dalam tiap
baitnya rata-rata berkisar delapan sampai dua belas.
Jenis pantun dapat
dibedakan berdasarkan tingkatan umur pemakainya, berdasarkan isinya ,dan
berdasarkan bentuknya atau susunannya.
3.2 Saran
Saran yang dapat
diberikan adalah hendaknya ilmu tentang kesusastraan selalu digali dan
dipelajari serta diterapkan, khususnya tentang pantun oleh para sastrawan,
ilmuan, dan lebih spesifik lagi oleh mahasiswa bahasa dan sastraIndonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar